Showing posts with label Asuhan Keperawatan. Show all posts
Showing posts with label Asuhan Keperawatan. Show all posts

Saturday, December 15, 2012

Penyakit Ginjal


Penyakit-ginjal
Ginjal adalah sepasang organ penting dalam tubuh, bentuknya seperti kacang dan terletak di kedua sisi tulang belakang. Ukuran ginjal sendiri berfariativ tergantung usia dan jenis kelamin serta ada atau tidaknya.

Fungsi Ginjal
Ginjal adalah organ penting yang mempunyai fungsi sebagai filter, namun ginjal juga memiliki fungsi lain yaitu :
  1. Mengekskresi zat urea, amoniak, asam urat, creatinin, bacteri dan sisa obat-obatan yang merugikan bagi tubuh.
  2. Mengekskresi kelebihan gula dalam darah.
  3. Mempertahankan tekanan osmotik ekstraseslular.
  4. Mengatur ke-seimbangan asam basa darah dan,
  5. Ginjal mempertahankan pH plasma darah.
Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal diklasifikasikan kedalam dua bagian yaitu penyakit ginjal merupakan cacat bawaan dan di dapat sebagai berikut :

Bawaan :
  • Asidosis tubulus renalis
  • Congenital hydroneprosis
  • Duplicated ureter
  • Ginjal sepatu kuda
  • Renal dysplasia
  • Unilateral small kidney
  • Congenital obstruction of urinary tract
Didapat :
  • Diabetic nephropaty
  • Glomerulonephritis
  • Hydronephrosis
  • Intertitial nephritis
  • Batu ginjal
  • Tumor ginjal
  • Lupus nephritis
  • Minimal change disease
  • Pyelonephritis
  • Gagal ginjal
Gejala Penyakit Ginjal
Gejala pada penyakit ginjal sangat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya, namun secara umum sebagai berikut :
  • Nyeri pinggang yang mendasar 
  • Nyeri pada saat berkemih/ buang air kecil
  • Urin bercampur darah
  • Menggigil atau demam
  • Udeum/ bengkak pada pergelangan kaki dan jika ditekan meninggalkan bekas tekanan.
Nah itulah tanda dan gejala yang umum dan sering terjadi pada orang yang menderita penyakit ginjal.

Friday, December 7, 2012

Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien (pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.

Menurut Abraham Maslow asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien, dalam hal ini Abraham Maslow menerangkan ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu :
  1. Kebutuhan Fisiologis meliputi nutrisi, cairan dan oksigen.
  2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan.
  3. Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki.
  4. Kebutuhan akan harga diri.
  5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan meliputi :
  1. Membantu individu (klien/ pasien) untuk mandiri.
  2. Mengajak individu, kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
  3. Membantu individu mengembangkan potensi dalam memelihara derajat kesehatan secara optimal sehingga diharapkan tidak ketergantungan pada orang lain dalam memelihara kesehatannya.
  4. Membantu individu mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Proses Keperawatan
Dalam proses keperawatan ada beberapa tahapan yaitu :
  1. Pengkajian, adalah upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap, dan sistematis untuk dilakukan pengkajian dan dianalisa, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi klien (pasien) baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu dimulai dari Pengumpulan Data, Analisa Data, dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
  2. Diagnosa Keperawatan, adalah suatu pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau resiko perubahan pola dari klien, individu atau kelompok, sehingga perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti. Adapun perumusan dignosa keperawatan sebagai berikut : Actual, Resiko, Kemungkinan, Wellness, Syndrome.
  3. Rencana Keperawatan, semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari status kesehatan sekarang ini ke-status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan.
  4. Implementasi Keperawatan, merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
  5. Evaluasi, perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Friday, September 21, 2012

Penyakit Lupus

Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
  1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
  2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
  3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
  4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
  5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan 
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah. “Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.

Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.

Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.

Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.

Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.

Sumber : http://doktersehat.com/lupus-apa-itu-penyakit-lupus/

Thursday, September 20, 2012

Penyakit Mata Retinoblastoma

Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditmukan pada anak-anak, terutama pada anak usia dibawah lima tahun.

Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom sel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya diturunkan. Kanker dapat menyerang salah satu mata yang bersifat somatik maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominan. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak melalui saraf penglihatan (Nervus Optikus).

Patofisiologi
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui : nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat adanya bercak kuning mengkilat, dan dapat menonjol. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris menjadi tidak normal.

Manifestasi Klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor di makula, gejala awal yang dapat timbul adalah strabismus. Masa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda perasangan di vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaukoma.

Diagnosis Banding
Fibroplasia retrolental, displasia retina, endoftalmitis nematoda, katarak, dan ablasi retina.

Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan tergantung pada klasifikasi tumor.

Untuk lebih lengkap silahkan download Askep retinoblsatoma

Tuesday, July 31, 2012

Meningitis


A. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B. Etiologi
  1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
  2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
  3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
  4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
  5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
  6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
C. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
  1. Meningitis serosa
    Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
  2. Meningitis purulenta
    Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Download Askep Meningitis disini 

Saturday, July 28, 2012

Epitaksis


Definisi
Epitaksis atau sering disebut juga mimisan yaitu, satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Mimisan terjadi pada hidung karena hidung punya banyak pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis cupingnya. Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat. Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih tipis dan sensitive. 

Etiologi
Beberapa penyebab epistaksis dapat digolongkan menjadi etiologi lokal dan sistemik.
Etiologi lokal
  1. Trauma lokal misalnya setelah membuang ingus dengan keras, mengorek hidung, fraktur hidung atau trauma maksilofasia lainnya.
  2. Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor pembuluh darah seperti angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma nasofaring dengan ciri perdarahan berulang ringan bercampur lendir atau ingus.
  3. Idiopatik yang merupakan 85% kasus epistaksis, biasanya ringan dan berulang pada anak dan remaja.
Ketiga etiologi diatas ini merupakan penyebab lokal tersering.
Etiologi lainnya
  • Iritasi gas atau zat kimia yang merangsang ataupun udara panas pada mukosa hidung;
  • Keadaan lingkungan yang sangat dingin
  • Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir yang tiba tiba
  • Latrogenik akibat operasi
  • Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama
  • Benda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi ringan unilateral clsertai Ingus berbau busuk.
Etiologi sistemik
  1. Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya seperti arteriosklerosis. Hipertensi yan disertai atau anpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab epistaksis tersering pada usia 60-70 lahun, perdarahan biasanya hebat berulang dan mempunyai prognosis yang kurang baik. 
  2. Kelainan perdarahan misalnya leukemia, hemofilia, trombositopenia dll. 
  3. Infeksi, misalnya demam berdarah disertai trornbositopenia, morbili, demam tifoid dll.
Termasuk etiologi sistemik lain 
  • Lebin jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan hormon misalnya pada kehamilan, menarke dan menopause 
  • Kelainan kongenital misalnya hereditary hemorrhagic Telangieclasis atau penyakit Rendj-Osler-Weber; 
  • Peninggian tekanan vena seperti pada ernfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung 
  • Pada pasien dengan pengobatan antikoagulan.
 
Tanda dan Gejala
Epistaksis dibagi menjadi 2 kelompok : 
  • Epistaksis anterior : perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk, darah akan keluar dari salah satu lubang hidung. Seringkali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi. 
  • Epistaksis posterior : perdarahan berasal dari bagian hidung yang paling dalam, yaitu dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada usia lanjut, penderita hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. Darah mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, sedangkan untuk memperkuat diagnosis epistaksis, sebaiknya lakukan : 
  • Pemeriksaan Laboratorium 
  • Pemeriksaan darah tepi lengkap. 
  • Fungsi hemostatis 
  • EKG 
  • Tes fungsi hati dan ginjal 
  • Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring. 
  • CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda asing dan neoplasma.
Untuk lebih lengkapnya teman-teman download aja Askep Epistaksis disini 

Monday, July 23, 2012

Herpes Zoster


Definisi
herpes zoster adalah salah satu penyakit kulit (radang kulit) disebabkan oleh virus Varisella zoster dan memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.

Patogenesis
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kronialis.
Lokasi kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan motorik.

Manifestasi Klinik
Gejala prodormal
Gejala sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom yang terserang.
Stadium
Timbul popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang jernih. 

Stadium Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri khas herpes zoster :
  •  Nyeri radikuler
  • Unilateral
  • Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala lainnya :
  • Pembesaran KGB regional
  • Kelainan motorik berupa kelainan sentral daripada perifer
  • Fuper parostesi pada daerah yang terkena
  • Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus (dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari gangguan garikulotum) 

Klasifikasi Herpes Zoster
  • Herpes Zoster Optalnikus terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
  • Sindrom Ramsay Hurt diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan   gejala paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris  vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
  • Herpes Zoster Abortif  berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
  • Herpes Zoster Generaligata kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum. 

Komplikasi
Pada usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.

Diagnosa Banding
  • Herpes simplek
  • Varicella
  • Dermatis Contacta alergika
  • Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus vulgaris
  • Dermatis herpenformis dan dutega
  • Bulos pumfigord

Penatalaksanaan
  1. Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
  2. Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
  3. Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
  4. Therapi topical bergantung pada stadium : Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
  5. Kompres pada daerah yang terserang : Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
  6. Istirahat 
Download Askep Herpes disini

Wednesday, July 18, 2012

Ensefalitis

Definisi
Ensefalitis adalah infeksi pada jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme

Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme yang dapat menyebabkan ensefalitis, salah satunya bacteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta penyebab utama yang sering adalah virus.

Patogenesis
Virus masuk kedalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. setelah masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh melalui cara :
  1. Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
  2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar keberbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
  3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertamakali ia masuk (peermukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
  4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistim syaraf.
Pada awal permulaan timbul demam, akan tetapi belum ada kelainan neurologis. Virus akan terus berkembang biak kemudian akan meyerang susunan syaraf pusat dan akhirnya diikuti dengan kelainan neurologis.
Kelainan pada pasien ensefalitis disebabkan oleh :
  1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak
  2. Reaksi jaringan syaraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat kerusakan vaskular, dan para vaskular. Sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
  3. Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten
Gejala Klinis
Masa prodromal berlangsung 1-14 hari, yang ditandai dengan adanya demam, sakit kepala, mual-muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat. Kemudian akan di ikuti oleh tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung pada distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalanya yaitu gelisah, irritable, screaming attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang. Terkadang disertai juga dengan tanda neurologis fokal berupa afasia, hemifaresis, hemiplegia, ataksia, dan paralysis saraf otak.

Komplikasi
Retardasi mental, irritable, gangguan motorik, epilepsy, emosi tidak stabil, insomnia, halusinasi, enuresis, dan berakibat anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.

Pemeriksaan Penunjang
  • Darah rutin lengkap, gula darah, elektrolit dan biakan darah.
  • Pungsi lumbal cairan jemih, jumlah sel diatas normal, hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat.
  • Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukan gambaran edema otak
  • Pada pemeriksaan EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau perlambatan
Diagnosa
Diagnosa klinis dapat ditegakkan berdasarkan gejalanya

Diagnosis Banding
Meningitis TB, abses otak, tumor otak, ensefalopati

Penatalaksanaan
Medika mentosa
Tidak ada pengobatan spesifik tergantung pada etiologi
Suportif : Atasi kejang, hiperpireksia, gangguan cairan dan elektrolit
Rujukan : Rawat diruang intensif



Untuk lebih lengkapnya teman-teman download aja Askep Ensefalitis disini 
 

Tuesday, November 15, 2011

Asuhan Keperawatan Diare pada Anak

A. Pengertian
Beberapa pengertian diare:
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B. Penyebab
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).


C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.


D. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.


E. Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.
ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
———————- x BB x 4 ml
0,001

- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg = 1
* BP sistolik <60 mmHg = 2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
* Kesadaran apatis = 1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
* Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
* Facies cholerica = 2
* Vox cholerica = 2
* Turgor kulit menurun = 1
* Washer women’s hand = 1
* Ekstremitas dingin = 1
* Sianosis = 2
* Usia 50-60 tahun = 1
* Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan cairan =
Skor
——– x 10% x kgBB x 1 ltr
15

3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare.
3. Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
4. Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2) V. parahaemolyticus,
3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4) C. perfringens, spesifik
5) A. aureus : Kloramfenikol
6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol 8)Helicobacter: Eritromisin
9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
11) Balantidiasis: Tetrasiklin
12) Candidiasis: Mycostatin
13) Virus: simtomatik dan suportif

Konsep Keperawatan
1. Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun)
a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
1). Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2). Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
3). Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
4). Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5). Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
6). Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7) Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8). Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9). Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.

e. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

f. Reaksi Hospitalisasi
1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
2. Perubahan pola kegiatan rutin
3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4. Kehilangan otonomi
5. Takut keutuhan tubuh
6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya

g. Aktivitas Sehari-Hari
1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.

h. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
J) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
k) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
l) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.

2. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

5. Rencana Keperawatan
Dx.1  Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan   :    Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi 
Intervensi : Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan output.
Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
 Intervensi : Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan output.
Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
Intervensi : Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Intervensi : Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan   :  Kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

Intervensi : Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik
Intervensi : Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
Intervensi : Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Intervensi : Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut

Dx.3  : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan :     Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi : Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Intervensi : Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping
Intervensi : Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Intervensi : Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Intervensi : Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan   :  Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi : Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Intervensi : Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian
Intervensi : Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5  : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan   :    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi : Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
Intervensi : Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
Intervensi : Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Intervensi : Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan     :    Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan
Intervensi : Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan
Rasional : Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Intervensi : Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Intervensi : Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Rasional : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

6. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya

7. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

Reference
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA


Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare download disini

Baca Saya

Salam semangat pada semua teman-teman pembaca Blog Jurnal Kesehatan. Kami persembahkan artikel-artikel kesehatan, asuhan keperawatan, dan jurnal keperawatan untuk semua kepentingan anda silahkan download atau copy paste secara gratis

Jangan lupa tuliskan komentar nya ya...

Affiliate Program

Anda mahasiswa, pelajar, pegawai atau yang cuma suka Online di facebook dll.. Pengen punya penghasilan tambahan daftar aja disini

Followers

 

Tukar Link